Home » , , , , » Di Pedalaman! Ketika Malaria Meneror

Di Pedalaman! Ketika Malaria Meneror

Malaria
Malaria [Foto: distributork-link.com]
Tidak banyak bekal yang diberikan kepada kami saat sebelum keberangkatan ke daerah penempatan masing-masing. Cuma tas ransel, seragam dan uang cash pinjaman untuk keperluan saat tiba di daerah penugasan selebihnya kami persiapkan sendiri mulai dari uang tambahan, obat-obatan dan kelambu. Daerah penempatanku termasuk sarang malaria yang cukup parah jadi barang terakhir itu wajib digunakan untuk mencegah gigitan nyamuk saat tidur.

Malaria merupakan teror khas wilayah timur khususnya Lembata yang selalu saja mengahantui setiap aktivitas aku sehari-hari. Setiap orang baru yang datang ke daerah ini pasti terkena malaria, kata masyarakat setempat, itu salam selamat datang dan perkenalan khas timur. Baru tiga bulan di sini hampir separuh dari teman-teman sudah kalah dari malaria termasuk aku sendiri. Aku dinyatakan KO dari malaria setelah tujuh hari harus berbaring di tempat tidur untuk proses penyembuhan bahkan teman-teman yang menjengukku memberikan skor 7-0 untuk malaria. Tragiss.!

Musim pancaroba kali ini memang lagi gencar-gencarnya nyamuk malaria apalagi memasuki musim penghujan, tubuh terasa terkejut dan belum siap menerima suhu yang begitu cepat berubah sehingga daya tahan tubuh menurun dan sedikit saja nyamuk menggit maka malaria menanti.


Hari pertama masuk sekolah di semester genap menjadi hari-hari yang indah bagi semua orang tak terkecuali murid dan para guru karena hari baru, semester baru dan tahun baru dengan suasana baru. Hari yang indah itu tidak berlaku bagiku karena di hari pertama sekolah tubuh sudah terasa panas dan dingin menggigil tanpa henti dan aku memprediksi bahwa positif malaria. Besok harinya aku langsung dibawa oleh rekan satu penugasan ke Ibukota kabupaten untuk menjalani perawatan intensif karena fasilitas kesehatan di desaku kurang memadai.

*****
Kamarku tidak terlalu jelek, lumayan bersih dan rapi untuk standar kamar anak muda, ranjang dua tingkat untuk kami berdua, satu meja belajar, tempat gantungan baju dan lemari kecil, itu semua sudah sangat memadai bahkan lebih dari cukup. Mungkin satu yang masih kurang, selama ini aku tidak pernah menggunakan kelambu ketika tidur, bukan tidak punya, tetapi malas untuk menggunkannya disamping terlalu ribet dalam proses pemasangan dan pelepasan kadang-kadang kelambu juga mengganggu jarak pandangku terhadap kunang-kunang.

Untuk hari-hari kedepan aku berjanji pada diri sendiri bahwa akan selalu menggunakan kelambu saat tidur, menjaga kesehatan dan selalu minum obat anti malaria. Kamar yang dulunya berstandar anak kost mulai kedepan harus berstandar profesor bahkan bila perlu harus ada lesensi dari pakar kesehatan untuk standar kelayakan. Kamar akan dipoles sedemikian rupa dengan fasilitas seadanya sehingga lebih asri dan nyaman untuk dihuni.


Dari segi estetika interior, kamarku kini tampak sangat indah setelah kehadiaran kelambu, karpet dan kain gorden. Namun, aku tidak peduli lagi tentang kunang-kunang yang membuat indah mata memandang. Kesehatankulah yang paling penting. Sejak kecil Alhamdulillah aku jarang sakit, makanya begitu sakit sekali aku sangat kesusahan dan tersiksa. Bahkan sampai merepotkan orang lain.


Kelak, mungkin aku akan tetap memasang kelambu di ranjang ketika sudah ada rumah sendiri. Bedanya saaat itu, aku sudah akan ditemani bidadari yang akan menjagaku dari nyamuk. 


Sungguh, tidur didalam kelambu terasa seperti tidurnya putri raja, 
Aseeeeeekkk ...heheeh.. 

 [14 Januari 2013, M. Darmansyah Hasbi]


Previous
« Prev Post

0 komentar:

Posting Komentar