Home » , , , , » Disana Kami Mendapatkan Kebahagiaan

Disana Kami Mendapatkan Kebahagiaan

[Bersama anak-anak di pedalaman NTT]
Tadi pagi saya mengikuti  pelatihan blog di Dayah Jurnalistik KNPI Banda Aceh edisi-2, pematerinya luar biasa: Liza Fathiariani  seorang penulis juga Blogger traveler. Temanya juga keren "Blog, sampaikan kata bansigom donya". Kali ini bukan tentang Dayah Jurnalistik yang ingin saya ceritakan tapi tentang arti sebuah pengabdian. Setelah pelatihan usai, ada seorang teman yang mempertanyakan kepada saya “kenapa suka sekali ikut kegiatan-kegiatan sosial, mau-maunya ditempatkan di daerah pedalaman?”.

Awalnya, saya banyak bercerita tentang apa yang sudah saya lakukan satu tahun yang lalu kepada teman saya ini, yaitu mengabdi di daerah pedalaman sebagai guru. Saya salah satu guru SM-3T sebuah program Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia yang di gagas oleh Kemendikbud dimana menempatkan ribuan guru ke seluruh pelosok Indonesia dan saya salah satunya yang ditempatkan di pedalaman Kabupaten Lembata Provinsi Nusa Tenggara Timur. Setelah satu tahun mengabdi, kami dihadiahkan beasiswa Pendidikan Profesi Guru (PPG) berasrama selama satu tahun juga. Hal ini membuat teman saya tadi semakin beratanya-tanya; “kok mau dikarantina di asrama selama satu tahun, gak bosan?”. kira-kira seperti itulah penasarannya teman saya ini.
                                        
                                                       ******
Di Indonesia banyak progaram-progam pengabdian, seperti Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (SM-3T), ini programnya Kemendikbud. Ada juga, Pemuda Sarjana Penggaerak Pembangunan di Pedesaan (PSP-3), programnya Kemenpora dan Pencerah Nusantara, programnya Kemenkes. Semua biaya dalam program ini ditanggung oleh pemerintah. Banyak juga program serupa yang dilakukan oleh lembaga non pemerintah misalnya Indonesia Mengajar yang digagas oleh Anies Baswedan, dan masi banyak lagi program-program pengabdian lainya. Semua program pengabdian tersebut mempunyai tujuan yang sama; menjadikan Indonesia sebagai negara maju dan meningkatkan taraf kehidupan yang lebih baik.

Kadang-kadang kita heran bin aneh ketika melihat banyak anak-anak muda yang ikut serta dalam program pengabdian seperti itu, sebenarnya apa sih yang mereka cari? Kalau boleh jujur, motivasi utamanya bukan materi, bahkan  materi yang mereka dapatkan tidak seberapa namun ada sesuatu yang sangat berharga yang mereka dapatkan yaitu Kebahagiaan. Jaman sekarang sulit bagi kita untuk mendapatkan sebuah kebahagiaan apalagi di perkotaan yang masyarakatnya heterogen, sangat sibuk dan sudah mulai berpikir nafsi-nafsi. Krisis kebahagian sudah mulai dirasakan oleh anak-anak muda sekarang terutama di perkotaan; karya mereka sulit diakui, mimpi mereka tak ada yang peduli, dan tindakan mereka tak ada yang menghargai, sehingga mereka memilih mencari dimana kebahagiaan itu bisa mereka dapatkan. Lingkungan pedalaman dan masyarakat pedesaan adalah gudangnya kebahagiaan.

Manfaat pengabdian secara individu yaitu mendapatkan teman baru, ilmu baru dan pengalaman baru. Sesuatu yang tidak pernah kita lihat, kita dengar dan rasakan sebelumnya akan didapatkan ditempat dimana kita mengabdi tersebut khususnya kita yang selama ini hidup di perkotaan. Kita akan bingung keheranan ketika melihat masyarakat di sebuah desa membuat jalan secara gotong royong, kita akan heran ketika melihat masi ada anak-anak yang sekolah tanpa sandal dan ruang sekolahnya gubuk reot, kita akan keheranan ketika melihat masi ada orang yang makan satu hari satu kali dan masi banyak lagi sesuatu yang membuat kita bingung keheranan namun mereka tetap kuat dan tidak pernah mengeluh. Sekali lagi tidak pernah megeluh.

Pentingkah pengabdian?

Hampir setiap kampus di dunia khususnya Indonesia meletakkan pengabdian kepada masyarakat sebagai salah satu standar penilaian kepada mahasiswa yang dikenal dengan selogan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang isinya: Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian. Ini salah satu latar belakang kenapa kampus peduli terhadap pengabdian, kerena kampus ingin para sarjana-sarjananya memiliki jiwa sosial yang tinggi, peduli pada sesama sehingga ketika suatu saat nanti mereka menjadi pemimpin atau orang bepengaruh maka dia akan peduli kepada lingkungan sosial. Mereka akan peduli kepada orang-orang miskin,anak-anak jalanan dan orang-orang terlantar. Orang-orang seperti ini tidak akan pernah mendapatkan pertolongan kalau pemimpin-pemimpin mereka tidak mempunyai jiwa pengabdian atau jiwa sosial.

Bangsa ini akan maju kalau pemimpin-pemimpinnya pernah merasakan pahitnya hidup, pernah merasakan hidup tanpa listrik, tanpa air, tanpa sinyal dan kekurangan makanan. Orang yang memiliki jiwa sosial akan tergugah untuk peduli kepada lingkungannya yaitu Indonesia secara utuh. Kenapa pemimpin sekarang kurang peka terhadap keluhan-keluhan orang kecil? Jawabannya karena pemimpin sekarang tidak pernah merasakan pahitnya hidup seperti yang dirasakan oleh orang kecil.

Saya sangat yakin kalau bangsa ini akan maju menjadi negara super power tidak lagi supersemar jika dipimpin oleh orang-orang yang bertitel champion yaitu mereka-mereka yang mempunyai ide, mimpi, gairah sosial dan tindakan nyata. Sebenarnya orang-orang seperti ini ada banyak disekitar kita, tinggal dipertemukan saja, diajak berkolaborasi sehingga bisa berbagi ide untuk menciptakan terobosan besar bagi Indonesia yang lebih baik. Berhenti mengeluh tidaklah cukup. Berkata-kata indah dengan penuh semangat juga tidak akan pernah cukup. Mencaci-maki pemerintah tidak ada gunanya. Ayo kita bergerak, kita buat sesuatu, kita berikan jiwa dan raga kita untuk kemajuan bangsa tercinta ini.

Bayak sekali pengalaman nyata para anak muda yang rela melepaskan peluang karir dan kemapanan kehidupan kota untuk menjadi tenaga kesehatan, penyuluh ekonomi, guru dan mengabdi di desa-desa terpencil di seluruh pelosok negeri. Ketika mereka pulang, mereka akan membawa sesuatu yang sangat berharga bagi dirinya sendiri, masyarakat yang mereka tinggalkan dan bangsa tercinta ini. Bangsa ini akan rugi kalau tidak mempekerjakan orang-orang seperti ini. 

Betapa indahnya, bila sebongkah misi hidup dipadukan dalam sebuah pengabdian. Orang-orang yang memahami benar kehadiran karyanya, yang bekerja demi setitik harapan dan cita-cita untuk negeri adalah tiang penyangga yang menahan langit agar tidak runtuh. Merekalah partikel cahaya yang membuat mimpi yang tampak gelap gulita dan harapan yang kabur ini menjadi terang bahkan sudah kelihatan. Bukankah demikian tugas kita sebagai orang terdidik: menghadirkan secercah harapan bagi sesama dan sebutir impian yang nyata. [Darbe]

Apakah anda seorang champion..??
    
[Banda Aceh, 01 Februari 2014]

Previous
« Prev Post

0 komentar:

Posting Komentar