Tanjung Atadei menawarkan panorama alam yang menantang untuk orang-orang yang baru. Anda percaya?.
Atadei
sebagai salah satu kecamatan di Pulau Lembata yang berada di atas
gunung tidak banyak dijumpai tempat wisata seperti daerah pesisir
lainya. Siapa bilang? Ada objek wisata tersembunyi yang sangat
menakjubkan yaitu tanjung Atadei. Karena akses untuk menuju ke tempat
ini sangat sulit sehingga tidak banyak orang yang mengetahuinya bahkan
orang asli Lembata sendiri banyak yang hanya mendengar namanya saja.
Padahal tempat ini menyimpan panorama alam yang sangat indah. Tidak
hanya menawarkan panorama indah namun juga wisata sejarah yang sangat
luar biasa.
Biarpun
kecamatan Atadei berada di atas gunung tapi ujung dari kecamatan ini
berbatasan dengan laut. Membentuk sebuah tanjung yang masuk ke dalam
sehingga masyarakat menyebutnya tanjung Atadei. Bahkan sejarah nama
kecamatan Atadei sendiri diambil dari tempat ini. Mau tahu ceritanya?
Kami
pernah bertugas di desa Lerek Atadei sebagai guru selama 1 tahun. Rugi
sekali rasanya sudah berada di Atadei tapi belum menikmati keindahan
tempat yang aduhai dan bersejarah tersebut. Di akhir semester kami
mengajak keluarga besar sekolah untuk melaksanakan tour edukasi di desa
Dulir yaitu desa tempat tanjung Atadei berada.
[Batu Tengkorak] |
Di
tanjung Atadei ada banyak sekali yang bisa kita nikmati, mulai dari
pantainya yang indah dan bersih, pantai dengan bukit terjal dan hutan
pegunungan dan sangat cocok untuk area berkemah dan hiking. Di tempat
ini kita bisa menikmati aneka batu-batu unik tapi bukan batu akik namun
batu-batu besar yang menyerupai suatu bentuk. Misalnya ada batu yang
menyerupi tengkorak, menyerupai meja, kursi dan batu Atadei sendiri
menyerupai manusia. Batu-batu besar dengan tebing yang tinggi sepanjang
pantai membuat tantangan tersendiri bagi para pengunjung.
Tidak
hanya itu, sepanjang perjalanan menuju tempat ini kita disuguhi oleh
keindahan alam pengunungan, bisa menikmati gunung Ile Warung dan Hobal.
Menarik bukan?
*****
[Batu Atadei] |
Kecamatan Atadei asal usulnya adalah dari batu Atadei. Ata artinya orang, Dei artinya
berdiri. Jadi Atadei artinya orang berdiri. Sempat melakukan wawancara
dengan tokoh adat merangkap kepala Desa Dulir tentang sejarah dan apa
yang membuat tempat ini menjadi unik. Kira-kira begini ceritanya.
Nenek
moyang mereka dulu pernah mengalami bencana air bah (tsunami), semua
penduduk berlari menyelamatkan diri. Kepercayaan masyarakat pada masa
itu adalah tidak boleh menoleh ke belakang karena akan beresiko sangat
fatal. Jadi ada seorang wanita yang pada saat kejadian air bah
memaksakan diri menoleh ke belakang untuk melihat sanak saudaranya dan
akhirnya kutukan itu terjadi pada wanita tersebut yaitu menjadi bantu,
sehingga sekarang disebut batu Atadei.
Batu
ini adalah satu-satunya batu yang tetap berdiri kokoh ketika batu-batu
lain jatuh dan terkisis oleh hempasan air laut. Batu Atadei menghadap ke
laut dan menyerupai seorang perempuan yang berdiri. Batu Atadei
dijadikan sebagai “petunjuk alam” bagi masyarakat setempat. Kepercayaan
masyarakat, jika batu itu mengeluarkan air dan basah maka menandakan
musim bagus atau musim hujan yang lama dan sangat baik untuk bercocok
tanam di ladang, dan jika batu tidak mengeluarkan air dan batu tidak
basah maka pertanda akan terjadi musim kemarau yang berkepanjangan.
Sebuah kepercayaan turun temurun. Sebagai pendatang, kami menyebutnya
BMKG ala desa Dulir karena batu ini yang memperkirakan cuaca dan musim.
Jika
ingin berfoto, pengunjung jangan sekali-kali naik ke atas batu Atadei
tersebut karena bagi masyarakat setempat tindakan tersebut adalah
pantangan. Namun cukup berfoto di samping batu itu saja.
[Gua Atadei] |
Tidak
hanya batu atadei, ada juga gua Atadei yang memiliki sejarah unik.
Menurut cerita, dulu begitu air bah datang masyarakat melarikan diri
melalui gua batu di pinggir pantai, berlari sepanjang gua dan akhirnya
sampai ke atas bukit. Ada yang selamat dan banyak juga yang meninggal
selama di dalam gua. Sampai sekarang, untuk masuk ke dalam gua tidak
boleh sembarang orang, hanya orang tertentu dan harus dipandu oleh
penjaga gua. Katanya di dalam gua itu ada sebuah kolam, airnya sangat
bersih dan jernih. Pada saat itu kami tidak membawa senter jadi hanya
melihat-lihat sampai di tempat yang terang oleh cahaya matahari saja.
Untuk
menuju ke tanjung Atadei aksesnya sangat sulit. Tanjung Atadei terletak
di deda Dulir, desa paling ujung dari Kecamatan Atadei namun letaknya
di pesisir. Dari Lewoleba kita harus naik oto selama kurang lebih 4 jam
perjalanan menuju desa Lerek, lebih kurang 45 KM. Ongkosnya lumanyan
muruh yaitu Rp. 40.000,-/ orang. Oto adalah mobil truk yang disulap
menjadi angkutan penumpang. Waktu tempuh sangat lama dengan jarak yang
tidak terlalu jauh ini disebabkan oleh jalan pegunungan yang kecil dan
rusak parah. Oto inilah angkutan untuk menghubungkan seluruh jalan di
Kabupaten Lembata. Di lembata ada 2 terminal yaitu terminal untuk jalur
timur menuju Kedang kecamatan Buyasuri dan terminal Barat untuk jalur
tengah yaitu menuju Atadei dan juga jalaur barat menuju Lamalera.
Setelah
sampai di Desa Lerek, turun dari oto dan melanjutkan perjalanan ke desa
Dulir. Untuk menuju desa Dulir tidak bisa menggunakan oto karena tidak
tersedia jalan di sana. Namun kita bisa menyewa ojek, dan harus
mengelurkan kocek sekitar Rp. 70.000,- sekali jalan. Tidak ada ojek
khusus seperti di kota besar, siapa saja yang dilihat naik motor bisa
langsung distop dan minta tolong untuk mengantar ke desa Dulir. Selama
naik ojek harus banyak bersabar karena jalan setapak, perkebunan,
hancur-hacuran yang akan kita lalui. Ojek di tempat ini sudah sangat
mahir terlatih, tidak ada sertifikat tapi alam yang melatih mereka. Luar
biasa. Dengan ojek kita cuma membutuhkan waktu selama kurang lebih 40
menit untuk mencapai tempat tujuan.
Saat
itu, kami menuju Desa Dulir tidak dengan ojek karena jumlah siswa yang
kami bawa sangat banyak. Kami memilih jalan kaki selama 4 jam
perjalanan. Sangat melelahkan tapi dengan berjalan kaki kami dapat
menikmati keidahan alam secara langsung. Sekalian melatih kekuatan
berjalan kami.
Ini
yang paling penting, begitu sampai di desa Dulir jangan lupa melapor
kepada kepala desa. Di sana tidak ada hotel atau sejenisnya yang ada
cuma rumah warga. Untuk akomodasi selama di tanjung Atadei kita bisa
numpang bersama warga setempat. Mereka sangat senang menerima tamu juga
sangat ramah.
Disarankan
sebelum mengunjungi tempat ini kita harus terlebih dahulu mencari
pemandu, ada orang yang memfasilitasi dari pertama kali berangkat sampai
ke tempat tujuan. Selama berada di tanjung Atadei kita sebagai
pengunjung tidak akan dibiarkan untuk menikmati kehindahan alam tanpa
dipandu oleh masyarakat setempat karena tempat ini sangat bahaya bagi
orang baru yang tidak mengetahui adat-istiadat di sana. Biasanya yang
menjadi pemandu adalah langsung kepala desa Dulir dan ditemani oleh
tokoh-tokoh adat. Tidak hanya itu, anak-anak sekolah di sana juga akan
meramaikan wisata yang kita lakukan. Mereka sangat senang dengan para
pendatang.
Mengenai
biaya selama di sana, tidak ada aturan khusus. Karena kita nginap dan
makan di rumah warga setempat maka tinggal dikondisikan dengan pihak
desa saja.
Pokoknya tempat ini sangat asik. Indah dan sangat menantang.
#Darbe. 5 Juli 2015.
0 komentar:
Posting Komentar